Penyimpanan Benih (seed storage)

hmmm...hi...ketemu lgi dengan posting dr 9w.

sekarang nih waktunya posting tentang ilmu pengetahuan. "perbenihan" tentunya.

kita semua udah tau kan alo benih tuh adalah sumber dari sumber kehidupan. kenapa bisa begitu???
semua makhluk hidup kan butuh makanan tuh, nah coba darimana tuh makanan didapatkan. dari tanaman kan?!?!!! pastinya......

sekarang coba kita pikir bareng tanaman asalnya darimana???
dari benih kan?..karena emang benih merupakan alat perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman (itu menurut UU RI No. 12 Thn 1992 Tentang Budidaya Tanaman).

nah sekarang untuk menghasilkan tanaman yang produktif kan diperlukan benih yang bermutu tinggi. salah satu indikasi benih bisa dikategorikan sebagai benih bermutu tinggi adalah mampu berkecambah dengan baik (high viability), meskipun sudah melalui penyimpanan dan pemasaran yang begitu kompleks prosesnya.

nah, gmn sih teknik menyimpan dan mengemas benih yang baik supaya kita dapatkan benih yang tetap baik setelah ditangani.

ini nih waktunya gw share ke kalian semua tentang bagaimana cara menyimpan benih yang baik.
simak baik2 yah...


Penyimpanan benih (seed storage) merupakan upaya dalam pemecahan masalah penyediaan benih. Mengingat kebanyakan jenis pohon hutan tidak berbuah sepanjang tahun, maka diperlukan suatu cara penyimpanan yang baik yang dapat menjaga kestabilan benih baik jumlah maupun mutunya.
Penyimpanan dalam rangka pembenihan mempunyai arti yang luas, karena yang diartikan penyimpanan di sini adalah sejak benih itu mencapai kemasakan fisiologisnya sampai ditanam. Adapun tempat dan waktunya bisa terjadi ketika benih masih berada pada tanaman, di gudang penyimpanan atau dalam rangka pengiriman benih itu ke tempat atau daerah yang memerlukan. Selama dalam penyimpanan karena pengaruh beberapa faktor, mutu benih akan mengalami kemunduran (Kartasapoetra, 1986). Selama penyimpanan benih, proses fisiologis tetap berlangsung sehingga harus diusahakan agar proses ini berjalan seminimal mungkin (Hendarto, 1996). Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih selama periode simpan yang lama, sehingga benih ketika akan dikecambahkan masih mempunyai viabilitas yang tidak jauh berbeda dengan viabilitas awal sebelum benih disimpan.
Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenis, cara dan tempat penyimpanan (Sutopo, 1988). Dalam kegiatan penanganan benih, secara umum benih dikelompokkan ke dalam dua golongan utama sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dituntut, yaitu benih recalsitrant dan benih orthodox (Roberts, 1973a dalam Schmidt, 2000). Benih orthodox mampu disimpan dalam waktu yang lama pada kadar air benih yang rendah (2 – 5%) dan suhu penyimpanan yang rendah. Benih recalsitrant adalah benih yang viabilitasnya segera turun sampai nol jika disimpan dalam waktu yang lama dan kadar air yang rendah (Roberts, 1973 dalam Anonim, 2000). Pada benih recalsitrant, kadar air benih pada waktu masak lebih dari 30% sampai 50%, dan sangat peka terhadap pengeringan di bawah 12% sampai 30%. Kelompok species yang benihnya tahan terhadap pengeringan sampai kadar air benih yang rendah seperti pada benih orthodox, tetapi sangat peka terhadap suhu penyimpanan yang rendah, belakangan ini dikelompokkan dalam benih intermediate (Ellis et al., 1990 dalam Schmidt, 2000).
Menurut Schmidt (2000), benih orthodox tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, yaitu pada suhu 0 – 5o C dengan kadar air benih 5 – 7%. Dalam kondisi penyimpanan yang optimal, benih yang orthodox akan mampu disimpan sampai beberapa tahun. Pada saat masak, kadar air benih pada kebanyakan benih orthodox sekitar 6 – 10%. Benih orthodox banyak ditemukan pada zona arid, semi arid dan pada daerah dengan iklim basah, di samping itu juga ada yang ditemukan pada zona tropis dataran tinggi.
Menurut Schmidt (2000), benih recalsitrant didefinisikan sebagai benih yang tidak tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, kecuali untuk beberapa species temperate recalsitrant. Tingkat toleransinya tergantung dari species masing-masing, umtuk benih species dari daerah tropik kadar air benih yang dianjurkan untuk penyimpanan adalah 20 – 35% dan suhu penyimpanan 12 – 15o C. kebanyakan benih recalsitrant hanya mampu disimpan beberapa hari sampai dengan beberapa bulan. Benih recalsitrant pada waktu masak, kadar air benih sekitar 30 – 70%. Benih recalsitrant banyak ditemukan pada species dari zona iklim tropis basah, hutan hujan tropis, dan hutan mangrove, beberapa ditemukan pada zona temperate dan sedikit ditemukan pada zona panas.

Tabel 1. Hubungan kadar air benih dan suhu ruang simpan pada penyimpanan benih (Schmidt, 2000)

Kondisi simpan Orthodox Intermediate Temperate recalsitrant Tropical recalsitrant
Kadar air benih Rendah Rendah Tinggi Tinggi
Suhu ruang simpan Rendah Tinggi Rendah Tinggi

Benih yang diproduksi dan diproses seringkali tidak langsung ditanam tetapi disimpan dahulu untuk digunakan pada musim tanam berikutnya, di samping itu ada pula benih yang memang perlu disimpan dalam waktu tertentu terlebih dahulu sebelum ditanam yaitu benih yang mengalami after ripening. Untuk menghambat laju deteriorasi maka benih ini harus disimpan dengan metode tertentu agar benih tidak mengalami kerusakan ataupun penurunan mutu

posting sekarang cukup ah segini dulu.
buat pengemasan benihnya lanjut nanti yah...

Comments :

2 komentar to “Penyimpanan Benih (seed storage)”
ud@Ra_ mengatakan...
on 

mas,mas...tau ga caranya biar tulisan kita cuma muncul sebagian. sisanya ntar tinggal klik "baca selengkapnya"??? hehe...

::BLOGGER HARIO.POLIJE:: mengatakan...
on 

read more at madrivanet.you can find anything different

try it, u will be your self
he...kagak nyambung yah...
pokoknya buka ajah disitu, ntr ada caranya. kalo gw hrs menjelaskan pasti akan sangat panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang dan lebaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar. OK met coba ya

Posting Komentar